Jangan Tanya Mengapa Kami Mendaki, Cobalah Sendiri

Aku adalah salah satu dari ribuan orang yang punya hobi bertualang dan jelajah alam.
Orang kadang bertanya, untuk apa? Seringkali aku tak bisa menjawab. Tentu saja, menjelaskan hal seperti itu pada orang-orang yang bahkan tak pernah berani untuk mencobanya.
Udara segar yang merasuk dada, cahaya matahari hangat yang menerpa wajah di puncak, atau lautan bintang di luar sana, bukan hal yang bisa dijelaskan hanya dengan kata-kata.
Jika kalian, ‘para orang rumahan’, benar-benar butuh alasan kenapa kami suka mendaki, mungkin inilah alasannya. 

1. Untuk melihat betapa besar kuasa Tuhan
“Subhanallah”.. ungkapan itulah yang selalu aku ucapkan saat berada di puncak gunung.
Di ketinggian aku bisa melihat segala makhluk ciptaan Tuhan yang mengagumkan. Mulai dari birunya langit, deretan gunung megah, hijaunya pepohonan, danau yang menawan, tebing-tebing yang berdiri kokoh hingga dahsyatnya aktivitas gunung yang masih aktif.
Setelah melewati medan yang tak mudah dan akhirnya bisa berdiri di puncak tertinggi, hal itu merupakan kepuasan tersendiri.
Namun bisa sampai di puncak tertinggi bukan alasan untuk membusungkan dada. Samasekali tak ada alasan untuk itu. Justru disana aku menyadari bahwa aku sendiri adalah makhluk kecil yang tidak punya kuasa apa-apa dibandingkan dengan Tuhan yang maha Kuasa atas segalanya.

2. Keluarga baru
Mendakilah bersama, maka kalian akan semakin menjadi keluarga
Saat aku mendaki dengan teman-temanku, yang dulunya hanya sekadar teman biasa, akan berubah menjadi sangat erat saat mendaki bersama. Dengan mendaki bersama aku dan teman-temanku mengerti sifat asli satu sama lain. Nggak ada yang di buat-buat . Disana kita saling tolong-menolong, bertukar cerita, tertawa bersama, makan bersama dan juga tepar bersama. Dari kebersamaan itulah aku merasa aku disana bukan lagi bersama dengan seorang teman tetapi lebih pada “keluarga”.
Sudah bukan menjadi rahasia dalam sebuah pendakian, disana kita dipertemukan dengan orang yang benar-benar nggak kami kenal sebelumnya. Orang-orang yang bukan hanya berasal dari satu daerah tapi dari berbagai daerah yang berbeda, dari seluruh Indonesia. Saat mendaki bersama, yang awalnya nggak kenal sama sekali berubah menjadi seperti keluarga yang begitu erat. Keakraban kami pun mengalir dengan sendirinya tanpa di buat-buat.

3. Menambah pengalaman hidup
Selalu ada banyak cerita dibalik sebuah pendakian.
Saat melangkah bersama, di tenda maupun sampai di puncak tertinggi. Bakal banyak pengalaman hidup yang diperoleh. Di alam aku belajar bagaimana aku dan rombonganku harus mampu tetap bertahan saat segala yang telah kami rencanakan sangat berbeda dengan yang terjadi. Dengan kondisi yang serba terbatas kami harus mampu belajar mengelola semuanya dengan baik. Bukan hanya itu kami juga belajar bagaimana menjadi pribadi yang tidak egois, tolong-menolong, saling peduli dan juga peka terhadap lingkungan sekitar kita.
Seperti saat pendakian kami di Gunung Sorik Marapi misalnya, aku bersama komunitas yang kami bentuk (KOMPAS) di tengah perjalanan menuju puncak sorik, persediaan air kami habis ditengah perjalanan, berbagai cara kami lakukan untuk bisa mendapatkan air, dengan memeras lumut dan mengumpulkan air didedaunan misalnya walaupun hanya cukup untuk membasahi tenggorokan sudah melegakan.
Kami cukup syok dengan kejadian itu, mungkin ini tak akan terjadi kalau saja gaet kami tidak mengatakan bahwa di perjalanan ada sumber air, karna itu aku dan teman2 memutuskan agar beban tidak terlalu berat kami hanya membawa air seperlunya, tapi ternyata sumber air yang dimaksud adanya dipuncak bersebelahan dengan kawah gunung, disana memang ada kawah purba yang saat ini berubah menjadi sebuah telaga jernih yang airnya tawar walau ada sedikit rasa2 belerangnya, namun cukup aman dikonsumsi.
Pengalaman menyebalkan memang, tapi cukup menarik untuk bahan cerita bagi anak cucu nanti.

4. Sejenak menjernihkan pikiran
 
Sesuka apapun kita dengan rutinitas yang kita kerjakan, pasti akan ada saatnya muncul rasa jenuh dan bosan dengan rutinitas tersebut.
Begitu pula aku yang kadang merasa jenuh dengan rutinitas pekerjaan sehari-hari, karena itulah sesekali aku ingin menyegarkan pikiran dengan cara kembali ke alam. Menikmati tanah basah pegunungan, tergores ranting pohon ataupun digigiti serangga hutan. Terdengar menyebalkan bagi beberapa orang, namun hal-hal itu yang kadang membuatku rindu pada alam.
Walaupun sangat melelahkan, namun setelah berada di puncak rasa lelah itu seketika berubah menjadi senyum kepuasan. Pikiranpun menjadi segar dan tenang kembali.

5. Karena aku suka
Tak kusadari kesukaanku terhadap gunung ternyata memang sejak aku kecil. Mungkin karena aku berasal dari daerah yang dekat dengan pantai, aku jarang merasakan suasana gunung sehingga menurutku justru pemandangan yang menarik perhatian adalah gunung.
Sejak kecil, seringkali saat pelajaran menggambar aku menggambar pemandangan gunung dan sekitarnya seperti ladang-ladang, awan, pohon kelapa dan juga jalan . Dan tak kusangka sekarang aku dapat berada di tempat seperti yang aku gambarkan dulu. Ya aku suka dengan alam. Pesona alam membuatku selalu gembira dan senang saat melihatnya.
Aku suka gunung, cukup dengan hal seperti itu untuk memotivasi diriku mencapai puncak. Bukankah kita tak butuh alasan untuk melakukan hal yang kita sukai?
Lakukan apa yang kamu sukai, selama apa yang kita lakukan itu memang positif, why not?
Jika kalian masih juga belum puas dengan penjelasan yang panjang lebar diatas, atas pertanyaan "Mengapa sih kalian suka berlelah-lelahan mendaki gunung? " maka jawaban terakhirku  "Mendakilah sendiri maka kalian akan tahu persis jawabannya“ Salam Lestari..

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Untuk Kamu Yang Patah Hatinya, 7 Tempat Wisata Di Pantai Barat Mandailing Ini Siap Jadi Penyembuh Lukamu

7 Wisata Madina Yang Lagi Hitz, Yakin Mau Dikamar Aja?

Air Terjun Caroce, Surga Kecil Tersembunyi Di Madina